Rabu, 15 April 2009

nama kelompok



sepak bola adalah hal yang paling kami sukai,itulah alasan kami membuat skripsi tentang sepak bola

NAMA ANGGOTA KELOMPOK
A.AFFANDI
EKO NUR S
ERIG ANDY P
ILHAM R
KHOIRUN N
m jamlludin
RIZAL AKHMAD
WAWAN AKHMAD R

SELAMAT MENYAKSIKAN

Rabu, 18 Maret 2009

piala dunia 2010 afrika selatan




4 stadion di 4 kota akan menyelenggarakan turnamen ini. [1]. 4 stadion ini rencananya juga merupakan stadion yang digunakan untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2010
Kota
Stadion
Kapasitas
Johannesburg
Stadion Ellis Park
62.567
Pretoria
Stadion Loftus Versfeld
50.000
Bloemfontein
Stadion Free State
48.000
Rustenburg
Stadion Royal Bafokeng
42.000
Awalnya, Stadion Nelson Mandela Bay di Port Elizabeth juga telah dipilih sebagai tempat penyelenggaraan. Bagaimanapun, pada 8 Juli 2008, Port Elizabeth mengundurkan diri sebagai kota penyelenggara karena Stadion Nelson Mandela Bay telah dianggap tidak mungkin untuk memenuhi batas waktu untuk penyelesaian renovasi, yang jatuh pada 30 Maret 2009.[2]

Rabu, 04 Maret 2009

sejarah liga champion(UEFA)


UEFA

Kejuaraan ini pertama kali dicetuskan oleh salah satu majalah olah raga Prancis. Trofi berbentuk piala yang dijuluki "The Big Ears", dan trofi pertama berbeda dengan yang sekarang diperebutkan (dibuat oleh Stadellman). Piala yang diperebutkan sekarang adalah edisi ke-6. Pada awalnya kejuaraan memperebutkan piala bernama Piala Juara Klub Eropa atau European Champion Clubs' Cup, yang biasanya disingkat menjadi Piala Eropa (European Cup, dan berbeda dari Piala Eropa seperti yang dikenal di Indonesia sekarang ini yang merujuk kepada European Championship). Kejuaraan ini dimulai pada musim 1955/56 dengan menggunakan sistem gugur dua leg, yaitu setiap tim bermain dua pertandingan, satu tandang dan satu di kandang, dan tim dengan skor rata-rata tertinggi maju ke babak berikutnya. Hanya tim-tim juara liga di masing-masing negara, ditambah dengan pemegang juara pada saat itu, yang berhak ikut ajang kompetisi ini.

[sunting] Format baru
Format dan namanya kemudian diganti pada musim 1992/93. Mulai saat itu, kejuaraan mempunyai tiga babak kualifikasi, satu babak kompetisi grup (tim-tim bermain dalam bentuk "tandang-kandang" seperti kompetisi reguler), dan kemudian empat babak final dengan sistem gugur. Semua babak kualifikasi dan pertandingan dengan sistem gugur dilangsungkan dengan dua leg, kecuali pertandingan final yang merupakan pertandingan tunggal yang diselenggarakan di sebuah tempat yang telah ditentukan oleh UEFA.

[sunting] Pemegang gelar juara terbanyak
Real Madrid CF telah menjuarai kompetisi ini sembilan kali dan menjadi yang terbanyak di seluruh Eropa. Tim-tim yang paling sukses berikutnya adalah AC Milan (7 kali juara), Liverpool FC (5 kali juara), FC Bayern München dan AFC Ajax (4 kali juara).

[sunting] Serba-serbi Champions League
Musik yang mengiringi awal setiap siaran televisi kejuaraan ini digubah oleh Tony Britten, berdasarkan lagu gubahan George Frideric Handel yang berjudul Zadok the Priest, dan dibawakan oleh Chorus of the Academy of St. Martin in the Fields dan Royal Philharmonic Orchestra.
Khusus bagi tim yang pernah juara Liga Champions 4 kali, di lengan baju kiri akan terdapat logo Liga Champions dan tertulis jumlah piala yang dikoleksi. Seperi Ajax misalnya, karena telah juara sebanyak 4 kali di lengan baju kiri terdapat logo Liga Champions disertai dengan jumlah piala yang didapat.
Pada akhir musim 2004/05 terjadi masalah. Liverpool yang juara Liga Champions pada musim itu berhak lolos langsung ke babak penyisihan musim depan, namun Liverpool di liga domestik ada di peringkat lima. Everton yang merupakan peringkat 4 mengajukan protes, sehingga Liverpool dan Everton tetap ikut Liga Champions musim depan (Everton lewat kualifikasi) dan Inggris pun punya lima tim ke Liga Champions (terbanyak dalam satu negara).

[sunting] Kualifikasi
Kualifikasi untuk Liga Champions ditentukan oleh posisi tim-tim di liga domestik dan melalui sistem kuota; negara-negara yang mempunyai liga domestik yang lebih kuat diberikan lebih banyak tempat. Klub yang bermain di liga domestik yang lebih kuat juga mulai ikut pada babak yang lebih akhir. Misalnya, tiga liga terkuat, menurut peringkat UEFA, akan melihat juara dan runner-upnya langsung masuk ke babak fase grup, dan peringkat ketiga dan keempat masuk pada babak kualifikasi ketiga. Ada pengecualian pada peraturan ini; juara bertahan Liga Champions lolos secara otomatis ke babak grup tanpa tergantung posisi akhirnya di liga domestik. Dalam perputaran kompetisi liga Champion klub-klub bertarung sengit untuk menempati posisi teratas sehingga layak ikut serta kejuaraan ini.

Kamis, 12 Februari 2009

LIGA SUPER INDONESIA





Ide dari pelaksanaan sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan profesionalisme dalam persepak bolaan nasional. Alasan lainnya adalah karena format Liga Indonesia pada tahun 2007 yang kurang adil, berlangsung secara sistem setengah kompetisi. Sistem ini menyebabkan tingginya tingkat ketegangan pertandingan dan sangat berpotensi memicu kerusuhan. Alasan terakhir adalah karena terlalu banyak tim peserta (38 tim).
Pada awal liga baru ini, LSI 2008 (biasa dijuluki Superliga oleh pers) diadakan dengan menyeleksi sembilan tim teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007.
Klub peserta Superliga harus merupakan klub profesional sesuai ketentuan FIFA dan AFC. Konsekuensinya, klub peserta tidak boleh bergantung pada sumbangan pihak ketiga, termasuk APBD daerah. Hal ini menjadi masalah besar bagi sebagian besar klub karena sampai saat ini hanya Arema Malang yang merupakan klub profesional penuh dan merupakan klub yang dibiayai tanpa menggunakan APBD daerah, selain Semen Padang dan Bontang PKT. Selain itu ada masalah lain yang mengancam kelangsungan Superliga seperti standarisasi stadion sesuai standar yang diberikan Badan Liga Indonesia (BLI). BLI juga sempat mengharuskan pelatih yang menangani tim-tim peserta Superliga harus berlisensi A. Meski demikian akhirnya BLI memberi toleransi yang memperbolehkan pelatih berlisensi B boleh membesut tim Superliga dengan durasi masa kepelatihan hanya semusim.[1]
Dari 18 klub yang diverifikasi oleh BLI, ada dua tim yang dipastikan tidak bisa mengikuti Superliga karena tidak bisa memenuhi lima aspek verifikasi BLI, yaitu Persiter dan Persmin. Untuk mengisi dua tim yang tidak lolos verifikasi itu ada tujuh tim dari Divisi Utama yang akan bersaing untuk memperebutkan jatah Persiter dan Persmin. Ketujuh tim tersebut adalah, Bontang PKT, Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, PSS Sleman, Persikabo Bogor, Semen Padang dan Persis Solo.[2]
Setelah melalui proses verifikasi terhadap tujuh tim dari Divisi Utama ini, akhirnya dua tim yang berhak menggantikan posisi Persiter dan Persmin ini diumumkan pada tanggal 16 Juni 2008, yaitu Bontang PKT dan PSIS Semarang. Kedua tim ini memiliki poin tertinggi dari lima aspek verifikasi BLI. Selain itu berdasarkan rapat pada tanggal 13 Juni lalu menghasilkan keputusan bahwa Liga Super Indonesia 2008 tetap diikuti oleh 18 tim meski sempat ada perdebatan mengenai pelangsungan LSI 2008 meski dengan 16 tim.[3]
PSMS Medan sempat terancam dibatalkan dari keikutsertaannya di LSI 2008 karena masalah internal klub yang cukup pelik. Perwakilan dari BLI membenarkan berita tersebut, dan menyebutkan bahwa LSI 2008 tetap akan dimulai pada hari Sabtu, 12 Juli 2008 tanpa menyebutkan konsekuensinya, bila BLI memutuskan untuk menggagalkan keikutsertaan PSMS di LSI 2008. Namun pada akhirnya PSMS tidak jadi mengundurkan diri dari LSI 2008. [4

Rabu, 04 Februari 2009

SEJARAH SEPAK BOLA INDONESIA



Sudah banyak sekali tulisan yang bertema sepak bola Indonesia. Tidak hanya tulisan, tetapi lebih banyak hujatan yang ditujukan untuk sepak bola negeri ini. Kali ini, saya akan mencoba “membuat” sejarah yang seharusnya terjadi di dalam sepak bola Indonesia. Karena penuh rekayasa, tentu saja tulisan ini bersifat fiktif. Akan tetapi, tidak apa-apa, tulisan ini hanya untuk membuat kita para pecinta sepak bola agar lebih semangat saja.
Mungkin sebagian dari kita masih ingat tentang karier salah satu pesepakbola nasional, Kurniawan Dwi Yulianto, yang pernah merumput di Italia tepatnya di klub Sampdoria. Di tahun 1996, ini merupakan prestasi tersendiri untuk sepak bola kita. Ternyata ada pemain Indonesia, saat itu, yang sudah berkostum salah satu klub Liga Italia. Lebih dalam lagi, Kurniawan ini mendapat pujian sebagai pemain muda berbakat dari pelatih Sampdoria waktu itu, Sven-Goran Eriksson.
Akan tetapi, Kurniawan tiba-tiba memutuskan untuk kembali ke tanah air untuk melanjutkan karier sepak bolanya. Kurniawan sendiri tidak pernah mengemukakan alasan kepulangannya ini ke publik sampai sekarang. Akibatnya, banyak sekali spekulasi yang muncul karena kepulangannya yang terkesan “mendadak” itu. Mulai dari karena pengaruh narkoba, doping, sampai akibat pergaulan malam “Negeri Pizza” tersebut. Semuanya masih tanda tanya besar.
Nah, ini cerita saya. Seandainya, Si “Kurus” (julukan Kurniawan) tetap berkarier di Italia, mungkin saja dia sudah menjadi pemain yang akan dikenang oleh publik Stadion Luigi Ferraris. Kariernya mungkin akan secemerlang Antonio Cassano (striker Sampdoria saat ini). Karena penampilan yang bagus dari Kurniawan, PSSI tidak ragu untuk mengirimkan pemain Indonesia yang lain untuk berlatih di Italia.
Apakah yang terjadi selama 12 tahun kemudian (tahun 2008 sekarang)? Hehe, kali ini saya mengkhayal kembali. Tahun ini, mungkin sudah banyak pemain Indonesia yang merumput di Serie A. Saya sebutkan saja. Bambang Pamungkas mungkin sudah menjadi striker andalan di AS Roma. Gelandang serang seperti Firman Utina, mungkin sudah menjadi pemain utama di Lazio. Boaz Sollossa menjadi andalan di Fiorentina. Bahkan, kiper sekelas Ferry Rotinsulu sudah berkostum AC Milan. Dan tidak lupa juga, kalau pemain junior asal Indonesia usia 15-21 tahun sudah menghuni sekolah sepak bola binaan Juventus dan Inter Milan. Keren.
Jika ini terjadi, dampak bagi sepak bola dalam negeri sangat besar. Tidak akan ada lagi “tragedi” di dalam sepak bola nasional. Justru, Liga Indonesia sudah menjadi barometer liga-liga sepak bola di Asia. Liga Indonesia menjadi sangat kompetitif. Semua penonton tertib dan kualitas wasit yang meningkat tajam. Puncaknya adalah ketika harapan rakyat Indonesia bahwa Indonesia bisa lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Wah, tidak bisa dibayangkan jika sejarah sepak bola Indonesia yang “benar” itu terjadi. Sangat menyenangkan sekali rasanya ketika melihat sepak bola kita. Benar-benar membanggakan.
Saya tidak menyalahkan Kurniawan ketika sepak bola Indonesia menjadi tidak jelas seperti sekarang. Toh, Kurniawan sudah berjasa besar untuk Tim Nasional Indonesia. Yang salah adalah kesempatan (opportunity). Indonesia kurang diberi kesempatan lebih dalam memajukan sepak bolanya. Sangat kurang malah. Ketika Thailand akhir-akhir ini sudah “menyumbang” pemain mereka ke Liga Inggris, kita malah sibuk mengurusi kekerasan di dalam sepak bola kita. Thailand saja yang baru-baru ini melakukan “ekspor” pemain, sudah sangat bagus prestasinya. Apalagi Indonesia, karena kita sudah kurang lebih 12 tahun yang lalu melakukan teknik seperti itu.
Yang jelas, harapan terbesar saya adalah masih bisa menyaksikan Indonesia lolos ke Piala Dunia selama saya masih hidup. Entah kapan, yang jelas harus sabar.
Maju terus Sepak Bola Indonesia!